Sabtu, 28 Januari 2012

Umat ini, umat yang satu

Umat ini, umat yang satu   Pada awalnya, manusia hidup rukun, bersatu dalam satu agama, sebagai satu keluarga. Tetapi setelah mereka berkembang biak dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Maka, timbullah berbagai kepercayaan dan keyakinan yang menyebabkan perpecahan. Hal ini sebagaimana firman Allah : $tBur tb%x. â¨$¨Y9$# HwÎ) Zp¨Bé& Zoy‰Ïmºur (#qàÿn=tF÷z$$sù 4 “Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih…,” (QS. Yunus [10] : 19) Maka dari itu, untuk menyelesaikan perselisihan yang timbul, Allah mengutus rasul-Nya yang membawa wahyu dan untuk memberi petunjuk kepada mereka. Sebagaimana firman-Nya : tb%x. â¨$¨Z9$# Zp¨Bé& Zoy‰Ïnºur y]yèt7sù ª!$# z`¿ÍhŠÎ;¨Y9$# šúï̍Ïe±u;ãB tûïÍ‘É‹YãBur tAt“Rr&ur ãNßgyètB |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ zNä3ósuŠÏ9 tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# $yJŠÏù (#qàÿn=tF÷z$# ÏmŠÏù 4 “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan….,” (QS. Al-Baqarah [2] : 213) Diantara perselisihan yang muncul di permukaan bumi ini yang disebabkan perbedaan pandangan atau keyakinan umat, misalnya perselisihan antara Yahudi dan Nasrani mengenai Ibrahim, orang-orang Yahudi berasumsi bahwa Ibrahim adalah keturunan Yahudi, sedangkan orang-orang Nasrani beranggapan bahwa Ibrahim adalah seorang Nasrani. Maka, untuk menyelesaikan perselisihan tersebut kemudian Allah SWT menurunkan Al-Qur’an yang menerangkan bahwa Ibrahim adalah seorang yang hanif (lurus, condong kepada kebenaran) lagi berserah diri kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. (QS. An-Nahl [16] : 120-122). Selain itu, perselisihan antar umat yang lain adalah perselisihan tentang Isa. Orang-orang Yahudi mendustakannya dan menuduh ibunya, Maryam, berbuat zina. Sedangkan al-orang Nasrani menjadikannya sebagai sesembahan dan anak Tuhan. Maka, kemudian Allah mengutus rasul-Nya, Muhammad, yang diwahyukan kepadanya Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan Isa dengan kalimat-Nya dan ditiupkan ruh dari-Nya, agar perselisihan tersebut berakhir. Akan tetapi, sampai hari ini, perselisihan itu terus-menerus terjadi sehingga menimbulkan konflik yang terus berkepanjangan. Masing-masing pihak terus saja bersikukuh bahwa diri mereka yang paling benar. Tidak ada yang mau mengalah meskipun dihadapan mereka telah ada bukti nyata dari Allah SWT. Oleh karena mereka telah termakan oleh bujuk rayu syetan yang hendak menyesatkan mereka. Sehingga laknat Allah telah menanti mereka. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah dalam Al-Qur’an : $£Js9ur öNèduä!%y` Ò=»tGÏ. ô`ÏiB ωYÏã «!$# ×-Ïd‰|ÁãB $yJÏj9 öNßgyètB (#qçR%x.ur `ÏB ã@ö6s% šcqßsÏFøÿtGó¡tƒ ’n?tã tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. $£Jn=sù Nèduä!$y_ $¨B (#qèùttã (#rãxÿŸ2 ¾ÏmÎ/ 4 èpuZ÷èn=sù «!$# ’n?tã šúï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÑÒÈ   “Dan setelah datang kepada mereka Al-Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.” (QS. Al-Baqarah [2] : 89) Makna Umat Kata ummat terambil dari bahasa Arab dari kata “amma-yaummu” yang berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Dari akar yang sama, lahir antara lain kata um yang berarti "ibu" dan imam yang maknanya "pemimpin"; karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan, dan harapan anggota masyarakat. Dalam buku Al-Mufradat fi Gharib Al-Qur'an, kata ummat dijelaskan bahwa kata ini didefinisikan sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, seperti agama, waktu, atau tempat yang sama, baik penghimpunannya secara terpaksa maupun atas kehendak mereka. Secara tegas Al-Quran dan hadits tidak membatasi pengertian umat hanya pada kelompok manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah : $tBur `ÏB 7p /!#yŠ ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿwur 9ŽÈµ¯»sÛ çŽÏÜtƒ Ïmø‹ym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4 “Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi, dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya kecuali umat-umat juga seperti kamu…” (QS. Al-An'am [6]: 38). Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Semut (juqa) merupakan umat dan umat-umat (Tuhan).” (HR. Muslim). Ikatan persamaan apa pun yang menyatukan makhluk hidup manusia atau binatang seperti jenis, suku, bangsa, ideologi, atau agama, dan sebagainya, maka ikatan itu telah menjadikan mereka satu umat. Bahkan Nabi Ibrahim sendirian yang menyatukan sekian banyak sifat terpuji dalam dirinya, disebut oleh Al-Quran sebagai "umat" (QS Al-Nahl [16]: 120), dari sini beliau kemudian menjadi imam, yakni pemimpin yang diteladani. Kata ummat dalam bentuk tunggal terulang lima puluh dua kali dalam Al-Quran yang hakekatnya bermakna himpunan. Al-Quran memilih kata ini untuk menunjukkan antara lain "himpunan pengikut Nabi Muhammad SAW (umat Islam)", sebagai isyarat bahwa ummat dapat menampung perbedaan kelompok-kelompok, betapapun kecil jumlah mereka, selama masih pada arah yang sama, yaitu Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya : ¨bÎ) ÿ¾ÍnÉ‹»yd öNä3çF¨Bé& Zp¨Bé& Zoy‰Ïmºur O$tRr&ur öNà6š/u‘ Âcr߉ç7ôã$$sù ÇÒËÈ   “Sesungguhnya umatmu ini (agama tauhid) adalah umat (agama) yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (QS Al-Anbiya' [21]: 92). Dalam kata "umat" terselip makna-makna yang cukup dalam. Umat mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang jelas, serta gaya dan cara hidup. Untuk menuju pada satu arah, harus jelas jalannya, serta harus bergerak maju dengan gaya dan cara tertentu, dan pada saat yang sama membutuhkan waktu untuk mencapainya. Al-Quran surat Yusuf (12): 45 menggunakan kata umat untuk arti waktu. Sedangkan surat Al-Zukhruf (43): 22 untuk arti jalan, atau gaya dan cara hidup. Umat ini berkelas karena takwanya Berbicara tentang manusia bahwa merupakan umat yang satu, tentunya memori kita akan langsung tertuju kepada petikan khutbah Rasulullah SAW ketika pelaksanaan haji wada sebagai berikut : “Wahai manusia! Sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan sesungguhnya kalian berasal dari satu bapak. Kalian semua dari Adam dan Adam terjadi dari tanah. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian semua di sisi Tuhan adalah orang yang paling takwa. Tidak sedikit pun ada kelebihan bangsa Arab dari yang bukan Arab, kecuali dengan takwa..." Dari petikan khutbah diatas, ada sesuatu yang menarik untuk kita telisik bahwa manusia adalah berasal dari bapak yang sama, yakni Adam yang diciptakan dari tanah. Sehingga tidak berlakulah teori evolusi yang dikemukan oleh Darwin bahwa manusia adalah berasal dari kera. Memang, bila kita perhatikan dari sisi lahiriah sepintas lalu ada perbedaan baik dari segi ukuran tubuh, atau warna kulit akan tetapi perbedaan tersebut tidak lebih karena menyesuaikan dengan tempat dimana mereka berada. Karena ketika sudah terjadi proses pembauran mereka mampu beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang lain. Maka dari itu, perbedaan warna kulit dan ukuran fisik seseorang tidak dapat mempengaruhi tingkat kemuliaannya. Justru yang dapat menjadi ukuran adalah tingkat ketakwaannya yang tercermin dari karakter dan tingkah lakunya. Seseorang dikatakan bagus secara fisik tetapi berperilaku menyimpang dari kaidah dan hukum syariat yang berlaku, maka secara otomatis akan menjatuhkan derajat kemanusiaannya. Allah SWT berfirman : ¨bÎ)ur ÿ¾ÍnÉ‹»yd óOä3çF¨Bé& Zp¨Bé& Zoy‰Ïnºur O$tRr&ur öNà6š/u‘ Èbqà)¨?$$sù ÇÎËÈ “Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mukminun [23] : 52) Ayat di atas menyatakan bahwa pengikat kesatuan umat adalah takwa dan ibadah. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa mewujudkan kesatuan umat adalah kewajiban seluruh kaum muslimin secara akidah maupun ibadah. Maka, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa umat ini adalah umat yang satu yaitu satu akidah dan satu syariah, yakni Islam yang telah disempurnakan oleh Allah. Wallahu a’lam bishshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar