Senin, 26 Desember 2011

Belajar di Kampung

SD Pesagi.  ( Sekolah Dasar) di Desa Pesagi, selesai pada tahun 1977. Orang- orang yang ada dalam ingatan dan punya prngaruh di SD adalah pak Parno (kepala sekolah), Bu Umi Kulsum (gutu Matematika) dan Bu Indasah (guru Agama). Pada saat ujian akhir dilaksanakan di SD Desa Boloagung, kira kira 4 KM dari Pesagi, ibu Inayah adalah kepala rayon, dan nama serta tandatangannya ada dalam ijazah SD. Masa SD sangat Indah, berangkat sekolah searing tidak pakai sepatu karena tidak punya atau jalan becek (Jeblok), pulang sekolah cari makanan Kambing dan juga sapi di lain waktu atau tahun. Begitu di alami selama bersama keluarga dan kedua orang tua tercinta ( Maskad, Mutmainah/Mainah, Maryati/Mariyatul Qibtiyah, Saudah, Mahmudah, Badrudin) sampai saat ini mereka semua masih hidup, semoga Allah Berikan  Keberkahan dan kesuksesan serta kebahagiaan. MI (Madrasah Ibtidaiyyah)  Belajar setingkat SD tapi tekanannya tentang keagamaan, Bertempat di masjid Pesagi. Seorang yang di anggap punya pengalaman pada saat itu adaalah Sawab, begitu sebutan popularnya, hampir semua warga menggatungkan ide dan putusan kususnya tentang keagamaan dan kemasyarakatan kepadanya. Dia seorang guru agama negeri (PNS) di anggap hebat pada masanya. Langgar/Musolla Adalah tempat belajar al Qur'an dan belajar solat, atau praktek keagamaan. Umumnya masyarakat kampung dan kurang mampu, sebagian mereka cukup meletakkan anak mereka ke Langgar Untuk menimba ilmu, dan banyak mereka juga dengan sekolah formal. Saya menghabiskan malam di Langgar selama bersama orang tua, biasanya di malam hari, jadi pagi sekolah, siang bantu orang tua dan malam di Langgar. Alhamdulillah saudara orang tua semua memangku Langgar (Kiyai Ndeso/Desa). (bersambung)

Selasa, 20 Desember 2011

حقوق الأولاد وواجباتهم في الاسلام

حقوق الأولاد وواجباتهم في الاسلام في الباب سبعة مباحث: الاول: من البداية الاهتمام على احتياج الأولاد لبنا الاسرة الثاني: إعطاء الحرية لهم كانسان الثالث: حقوقهم الخلقية والحكمية الرابع: اهليتهم. قبل الولادة وبعدها وما يترتب من اعمالهم الخامس: إحسان التربية والبناء لهم السادس: الرعاية التامة الجسدية والمعنوية السابع: المحافظة على مصالحهم الحينية والمستقبلية 

Toleransi

Toleransi   Alam ini dengan seluruh kehidupannya termasuk manusia secara khusus, sejak semula beragam dimensinya. Keanekaragaman inilah yang memunculkan hukum, kaedah, rumusan dan pengetahuan serta manfaat besar dalam kehidupan. Termasuk menjadi pendorong agar manusia menggunakan akalnya untuk berfikir, berkreasi dan berinovasi dalam rangka membangun frame tata kelola kehidupan individu, ber masyarakat dan menjaga kestabilan alam agar tetap bersinergi dengan bagian-bagiannya sehingga tercipta kedamaian dan kemakmuran di muka bumi. Sebagaimana firman-Nya : ومن آياته خلق السماوات والارض واختلاف ألسنتكم وألوانكم ان في ذلك لايات للعالمين "Dan termasuk tanda kebesaran-Nya penciptaan langit dan bumi, anekaragam bahasa dan warna kulit, yang demikian sungguh menjadi peringatan bagi alam dan para ilmuwan" (QS. Ar-Ruum [30] : 22). Selanjutnya, keberagaman bentuk yang diciptakan oleh Allah merupakan sebuah fakta kehidupan yang tidak dapat dipungkiri oleh siapapun dan sampai kapanpun. Sebagaimana Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk laki-laki dan perempuan dengan beragam bangsa dan suku dalam rangka untuk saling berta’aruf, mengenal dan memahami antara satu dengan lainnya sebagai sarana siapakah pelaku sejarah yang kelak akan dimulyakan oleh Allah. Dalam hal ini Allah berfirman : يا أيها الناس أنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا ان أكرمكم عند الله اتقاكم. ان الله عليم خبير "Wahai manusia Aku ciptakan kalian dalam bentuk laki-laki dan perempuan, beragam bangsa dan beragam suku agar kalian saling mengenali, sungguh yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sungguh Allah maha dalam dan luas pengetahuan-Nya". (QS. A-Hujurat [49] : 13) Jadi kehidupan riil, nyata dan lahir adalah beragam, bervariasi dan berbeda beda.  Tapi, adakah keragaman dalam hal fitrah dan ideologi? Lalu bagaimana memanfaatkan fakta kehidupan nyata yang beragam? Serta apa makna toleransi dan di mana wilayahnya?. Untuk menjawab pertanyaan diatas, coba kita renungkan ayat berikut : وإذ أخذ ربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشهدهم على انفسهم الست بربكم قلوا بلى شهدنا ان تقولوا يوم القيامة أنا كنا عن هذا غافلين “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al-A’raf [7] : 172) Untuk lebih memperkuat ayat diatas alangkah baiknya, kita renungkan hadits Rasulullah SAW berikut ini : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. "Setiap bayi lahir, maka lahir dalam keadaan fitrah, suci dan siap di bentuk..." (HR. Bukhari) Dalam ayat diatas, dengan tegas Allah menjelaskan bahwa setiap manusia jauh sebelum diciptakan menjadi manusia, di alam ruh Allah telah mengenalkan mereka tentang diriNya sebagai Rob (Tuhan) mereka, dan mereka menyambutnya. Lalu Rasul SAW dalam hadist menjelaskan bahwa setiap bayi yang terlahir di muka bumi ini adalah suci dan telah bersaksi kepada jiwanya bahwa Allah adalah Tuhannya. Inilah hal yang paling essensi dalam kehidupan manusia, meski terlahir dalam berbagai warna kulit dan suku yang beragam akan tetapi pada dasarnya manusia hanya memiliki satu ilah yaitu Allah, jadi tidak ada keragaman dalam masalah fitrah dan akidah. Termasuk syari'at (aturan) samawi (yang bersumber dari wahyu) yang di bawa para Rasul inti akidahnya sama sekali tidak beragam.  Meski cara mengenal Allah  dan ritualitas serta sarana berkehidupan dari masa kemasa pasti beragam dan berbeda-beda sebagaimana tersebut.  Maka, disinilah wilayah toleransi itu harus ada dan diperlukan sebagai jawaban atas fakta kehidupan yang beragam ini. Makna Toleransi Toleransi atau dalam bahasa Arab disebut sebagai as-samahah adalah konsep modern dan moderat وكذلك جعلناكم أمة وسطا  (demikianlah..) modern berarti maju, Moderat berarti tengah ( ada sebelah kanan dan ada sebelah kiri), suatu posis strategies dan jelas. Dalam Kehidupan nyata  menggambarkan kemampuan memainkan dan memerankan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, organisasi masyarakat (ormas), lembaga social masyarakat (LSM), Yayasan, forum, majelis, dan berbagai macam organisasi masyarakat lain yang bersifat massive atau yang berbasis massa. Islam dan Toleransi Toleransi dalam Islam adalah otentik dan telah menjadi jati diri. Al-Qur’an telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama (QS. Al-Baqarah [2]: 256). Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah bukan sikap Islam. Sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia sampai hari ini dan insya Allah sampai pada masa yang akan datang. Menurut ajaran Islam, toleransi bukan saja terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, binatang, dan lingkungan hidup sebab Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya’ [21] : 107).  Dengan makna toleransi yang luas semacam ini, maka toleransi antar-umat beragama dalam Islam memperoleh perhatian penting dan serius. Apalagi toleransi beragama adalah masalah yang menyangkut eksistensi keyakinan manusia terhadap Allah. Masalah toleransi adalah merupakan masalah yang begitu sensitif, primordial, dan mudah membakar konflik sehingga menyedot perhatian besar dari Islam. Namun, toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Yang dimaksud dengan toleransi disini adalah dalam tataran interaksi social (hubungan antar sesama). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tidak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi dimana masing-masing pihak diharapkan mampu mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinannya maupun hak-haknya. Sebagai bukti bahwa Islam telah mengenal toleransi, dapat kita temukan dalam al-Qur’an, surat Al-Kafirun yang merupakan surat Makkiyah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa turun pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa, surat Al-Kafirun adalah surat baraa’ (penolakan) terhadap seluruh amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan memerintahkan agar kita ikhlas dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun campuran, baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam konsep akidah dan tauhid Islam yang murni. Meskipun pada dasarnya, kita diperbolehkan untuk berinteraksi dengan orang-orang kafir dalam berbagai bidang kehidupan umum, sebagai contoh ketika kita memiliki orang tua yang memaksa kita untuk menyekutukan Allah, maka sebagai sikap toleran kepada orang tua, kita diajarkan untuk tidak menuruti ajakan tersebut dengan cara yang sopan dan tetap mempergauli keduanya dengan baik (QS. Luqman [31]: 15) atau kita diajarkan untuk tetap berlaku baik dan berbuat adil kepada setiap anak Adam apapun agama dan keyakinannya selama mereka tidak memerangi akidah dan hal-hal yang berkenaan dengan keyakinan kita (QS. Al-Mumtahanah [60]: 8) Lebih lanjut disebutkan bahwa sebab turunnya (asbabun nuzul) surat Al-Kafirun adalah bahwa, setelah melakukan berbagai upaya untuk menghalang-halangi dakwah Islam, orang-orang kafir Quraisy akhirnya mengajak Rasulullah SAW berkompromi dengan mengajukan tawaran bahwa mereka bersedia menyembah Tuhan-nya Rasulullah SAW selama satu tahun jika Rasulullah SAW juga bersedia ikut menyembah tuhan-tuhan mereka selama satu tahun. Maka Allah sendiri yang langsung menjawab tawaran mereka itu dengan menurunkan surat ini (HR. Ath-Thabrani, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas ra). Secara umum, surat al-Kafirun memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Adapun sikap toleransi begitu kental terasa dalam akhir ayat yang mungkin telah juga familiar di telinga kita ”Lakum diinukum waliya diin” (bagimu agamamu dan bagiku agamaku) yang mengandung pengertian bahwa : 1. Secara umum Islam memberikan pengakuan terhadap realita keberadaan agama-agama lain dan penganut-penganutnya;  2. Islam membenarkan kaum muslimin untuk berinteraksi dengan ummat-ummat non muslim itu dalam bidang-bidang kehidupan umum selama tidak menyangkut keyakinan akidah, ritual ibadah dan hukum agama mereka.; 3. Islam memberikan ketegasan sikap ideologis berupa baraa’ (penolakan total) terhadap setiap bentuk kesyirikan akidah, ritual ibadah ataupun hukum, yang terdapat di dalam agama-agama lain; 4. Kaum muslimin dilarang keras ikut-ikutan penganut agama lain dalam keyakinan akidah, ritual ibadah dan ketentuan hukum agama mereka; Sebagai seorang muslim yang dihadapannya ada al-Qur’an dan as-Sunnah, kurang etis kiranya jika harus pergi jauh-jauh ke luar negeri bila hanya sekedar mencari bahan materi tentang toleransi dan pemecahan masalah konflik yang tengah marak terjadi. Bukankah Allah SWT dengan segala kemahakuasan-Nya telah menurunkan al-Qur’an sebagai pintu solusi? Demikianlah, toleransi telah menjadi salah satu doktrin Islam yang telah menjadi ciri khas dan kharakteristiknya yang tidak pernah mengajarkan segala bentuk terror dan intimidasi kepada sesama muslim bahkan kepada orang-orang non muslim sekalipun selama mereka tidak memerangi, memusuhi atau mencampuri akidah kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa komitmen untuk menjiwai sikap toleransi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara sehingga seluruh elemen masyarakat merasa aman dan terlindungi di bawah naungan Islam yang mulia ini. Wallahu a’lam bishshawab.            

Kezhaaliman adalah kehancuran dan kebinasaan

Kezhaliman adalah kehancuran dan kebinasaan Dr. KH. Ali Akhmadi, MA, alhafizh   Sudah menjadi hukum alam (sunnatullah) bahwa kezhaliman akan mengantarkan kepada kehancuran dan kebinasaan. Banyak contoh dalam sejarah yang dapat kita jadikan ibrah dan pelajaran akibat kezhaliman yang dilakukan oleh manusia dengan tangan-tangan mereka. Secara beruntun buah kedhaliman mengantarkan kepada kesempitan hidup, permusuhan antar saudara, lembaga, organisasi hingga perang antar negara, bahkan mengakibatkan musnahnya sebuah bangsa dan peradaban. Kisah pembunuhan Habil oleh Qabil setidaknya dapat membuka mata kita akan perilaku zhalim yang dilakukan oleh anak Adam untuk pertama kalinya di muka bumi sebagaimana dapat kita baca dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah [5] ayat 27-31. Tidak berhenti sampai disini, kisah demi kisah terus-menerus menandai perilaku menyimpang sebagai wujud kezhaliman yang dilakukan oleh anak cucu Adam yang telah dicetak dalam tinta sejarah kelam kehidupan umat manusia. Allah telah menceritakannya dalam berbagai ayat dan surat dalam al-Qur’an sebagai bukti kemahabesaran-Nya, diantaranya; Kaum nabi Nuh yang ditenggelamkan dengan air bah karena enggan menyembah Allah (QS. Al-A’raf [7] : 59-64);  Kaum ‘Ad yang dibinasakan dengan datangnya angin topan yang dahsyat yang disertai bunyi gemuruh karena enggan meninggalkan kebiasaan buruk nenek moyang mereka yang menyembah berhala (QS. A’raf [7] : 65-72); Kaum Tsamud dihancurkan dengan dentuman yang menggelegar karena dengan sengaja membunuh onta nabi Shalih (QS. A’raf [7] : 73-79); Kaum Sadum dilenyapkan dari muka bumi dengan hujan batu karena mengingkari fitrah biologisnya (QS. A’raf [7] : 80-84); Kaum Madyan dihancurkan dengan awan panas yang disertai petir sebab mereka gemar mengurangi timbangan dan takaran (QS. A’raf [7] : 85-93); demikian juga Qarun yang ditenggelamkan ke perut bumi karena enggan bersedekah dan menginfakkan hartanya di jalan Allah (QS. Al-Qasas [27] : 76-81); dan juga Firaun beserta balatentaranya yang ditenggelamkan di laut karena enggan menerima kebenaran yang dibawa oleh nabi Musa (QS. Yunus [10] : 75-92) Bahkan sampai detik ini, ketika kita berbicara masalah kezhaliman, tentunya pikiran kita akan langsung tertuju kepada habit (kebiasaan) yang akhir-akhir ini berjangkit dan mewabah di masyarakat kita. Tentunya hati kita miris menyaksikannya sebab pelakunya boleh jadi saudara-saudara kita atau bahkan diri kita sendiri. Marilah kita simak dan perhatikan perilaku yang saat ini terjadi di sekitar kita, seperti; penggelapan pajak, manipulasi anggaran negara, pengalihan kasus, monopoli perdagangan, jual beli undang-undang, penggelembungan suara hasil pemilu, penghalalan riba, perbiaran judi dan prostitusi, berkembangnya gaya hidup hedonis, individulistis dan sikap kikir serta yang lebih parah lagi adalah munculnya perasaan bangga akan maksiyat yang telah dilakukan dan timbulnya rasa takut akan penerapan syariat Allah dan rasul-Nya.   Disadari atau tidak, inilah bentuk kezhaliman yang saat ini berkembang dan hampir-hampir menjadi budaya. Semua hal ini, ternyata tidak jauh berbeda dengan kezhaliman yang telah dilakukan oleh umat-umat terdahulu, akan tetapi yang berbeda hanyalah kemasannya saja. Sehingga kita sering tertipu dan terbawa untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut ke tempat yang jauh sampai ke luar negeri yang menghabiskan dana dan energy. Padahal, bila kita jujur dan memahami hakikat tujuan hidup serta mau membuka al-Qur’an lantas mempelajarinya, maka akan kita dapati semua solusinya. Demikianlah dalam setiap periode kehidupan umat manusia, meski Allah telah mengutus seorang rasul atau nabi untuk memberikan peringatan kepada kaumnya akan tetapi diantara kaum tersebut tetap mendustakannya sehingga Allah menurunkan adzab-Nya dari tempat dan pada waktu yang tidak disangka-sangka (QS. A’raf [7] : 93). Bahkan, sampai detik ini, dapat kita saksikan bencana yang silih berganti melanda suatu masyarakat dan komunitas tentunya sebagai buah dari perilaku mereka yang menyimpang, sebagaimana firman Allah : tygsß ßŠ$|¡xÿø9$# ’Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur $yJÎ/ ôMt6|¡x. “ω÷ƒr& Ĩ$¨Z9$# Nßgs)ƒÉ‹ã‹Ï9 uÙ÷èt/ “Ï%©!$# (#qè=ÏHxå öNßg¯=yès9 tbqãèÅ_ötƒ ÇÍÊÈ   “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Ruum [30] : 41) Ayat tersebut menggambarkan potret kehidupan manusia yang gemar berbuat kerusakan di muka bumi. Padahal bila kita cermati, bahwa setiap jengkal ciptaan Allah yang berada di tanah, di udara dan di laut adalah merupakan anugrah Allah agar dimanfaatkan demi keberlangsungan hidup manusia. Akan tetapi sudah menjadi tabiat manusia untuk berbuat kerusakan di atas muka bumi ini sebagaimana disampaikan para malaikat kepada Allah sebelum penciptaan manusia (QS. Al-Baqarah [2] : 30). Meski kemudian tidak semua manusia gemar berbuat kerusakan dan senang menumpahkan darah ketika mereka mengikuti petunjuk wahyu yang dibawa oleh para utusan Allah. Akan tetapi bagi mereka yang berpaling dari ketentuan Allah dan lebih senang mengikuti bujuk rayu syetan, maka mereka akan senang memperturutkan hawa nafsu sehingga kezhaliman pun terjadi dan effek dari kezhaliman pun tiada dapat tercegah. Maka dari itu, untuk mengantisipasi perbuatan ini agar tidak terus berkembang, Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya dalam al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya : Ÿxsù (#qßJÎ=ôàs? £`ÍkŽÏù öNà6|¡àÿRr& 4 “…maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu…,” (QS. At-Taubah [9] : 36) Dalam hal ini, Rasulullah SAW juga telah mewanti-wanti umatnya untuk berhati-hati dari perbuatan zhalim, sebagaimana sabdanya : اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَ أَهْلَكْ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحْلُوا مَحَارِمَهُمْ ”Berhati-hatilah kamu dengan perbuatan zalim karena sesungguhnya kezaliman itu adalah suatu kegelapan di hari kiamat dan berhati-hatilah kamu dengan perbuatan kikir karena kekikiran itu telah menghancurkan orang-orang sebelum kamu sebelum kamu, sehingga mereka menumpahkan darah mereka dan merusak kehormatan mereka .” (HR. Muslim) Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda : مَنْ ظَلَمَ قَيْدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طَوَّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ “Barangsiapa berbuat menyimpang sejengkal tanah, maka akan disempitkan dengan tujuh bumi di hari kiamat” (HR. Ibn Hibban)   Hakekat Zhalim Kata “zhalim” merupakan bahasa Arab yang telah umum digunakan dalam masyarakat kita yang bisa dimaknai “meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya” atau dalam kata asalnya yang lain bisa bermakna kejahatan, melampaui batas, atau menyimpang dari keseimbangan. Dari makna diatas, maka dapat kita gambarkan bahwa zhalim atau yang lebih lazim disebut sebagai kezhaliman merupakan bentuk kemungkaran karena telah berpaling dari ketentuan yang seharusnya berlaku dan dipatuhi oleh umat manusia. Dan dapat dimaknai bahwa pelaku zhalim adalah orang-orang yang tersesat dari jalan kebenaran sebab mereka mendapati diri mereka di dalam kegelapan tanpa cahaya yang menerangi. Dengan demikian perbuatan zhalim adalah merupakan suatu bentuk perbuatan yang menyebabkan kesengsaraan bagi para pelukanya sebab akan semakin membutakan mata hatinya sehingga akan menjatuhkan nilai dan derajat kemanusiaannya. Disamping itu, efek dari perbuatan zhalim ini juga akan menimbulkan keresahan dan kesengsaraan masyarakat secara luas.   Menghindarkan diri dari berbuat zhalim Sebagai seorang muslim, tidak pantaslah kiranya untuk menzhalimi diri sendiri karena hal ini bertentangan dengan naluri dan fitrah sebagai seorang manusia yang suci, apalagi di hadapan kita ada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang akan mengarahkan hidup kita. Maka dari itu, selagi masih kita masih diberikan kesempatan menikmati hidup di muka bumi ini sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya kita untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang akan menyesatkan diri kita dan menyengsarakan orang lain, alangkah baiknya kalau kita melakukan hal-hal berikut ini : 1. Menghindari dari perbuatan yang mengarah kepada perbuatan yang menyekutukan Allah; 2. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah, dengan cara meningkatkan intesitas bangun bangun malam dengan bertahajjud, memperbanyak berdzikir, memperbanya tilawah al-Qur’an, mengerjakan shaum sunnah, seperti; puasa senin-kamis, puasa ayyamul baith (puasa tengah bulan); 3. Membudayakan sikap  tawadhu‘ (rendah hati) dan berusaha melepaskan diri dari sifat hasad dan hasud, iri dan dengki, bakhil dan pelit serta sifat-sifat tercela yang lain; 4. Berlaku adil kepada sesama, memberikan hak orang lain sesuai haknya, tidak mengurangi timbangan dan takaran dalam urusan bisnis dan perdagangan; 5. Membudayakan infak dan sedekah di pagi hari sebelum kita mulai beraktivitas. Akhirnya, marilah kita berupaya untuk meningkatkan produktivitas amal shalih selagi kita masih diberikan kesempatan menghirup udara segar di salah satu bulan haram ini. Semoga kita menjadi pribadi yang “shalih dan muslihun lighairihi” yang mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan mampu beramal sesuai dengan tuntunan yang benar, serta mampu memberi manfaat bagi orang lain. Amin Yaa Rabbal Alamin.    

Senin, 12 September 2011

Satuan Acara Pekuliahan (SAP) Agama

Tatap muka pertama: Kontrak PBM. Tatap muka kedua: Mengenal Manusia. Tatap muka ke tiga: Memahami Tuhan Dan maknaNya dalam Kehidupan. Tatap muka ke empat: Lanjutan ttg Ketuhanan. Tatap muka ke Lima: Memahami fungsi Dan isi Kitab suci. Tatap muka ke Enam: memahami fungsi dan misi Nabi. Tatap muka ke Tujuh: Iman kepada gaib. Tatap muka ke delapan: MIDTES. Tatap muka ke Sembilan: Ibadah Dan aspek2nya. Tatap muka ke Sepuluh: Tuntunan moral, Agama dalam keluarga Dan Kehidupan . Tatap muka ke sebelas: Lanjutan. Tatap muka ke Duabelas: Agama Dan economy. Tatap muka ke tigabelas: Tantangan pemikiran dan keberagaman internal . Tatap muka ke empatbelas: peran Agama dalam menghadapi ujian hidup

Jadwal perkuliaahan STEI semester ganjil 11/12

Senin: 2x. Jam 08.00 Agama/ A . Jam 18.30 Agama/ A 404 Selasa: 2x Jam 08.00 Agama/A 401. Jam 12.30 Agama/ A 403 Rabu: 2x Jam 08.00 Agama/ A 402. Jam 12.30 Agama/ A 402 Kamis: 1x Jam 18.30 Sosiologi/C 104 Jumat: 2x Jam 08.00 Agama/B 113. Jam 15.30 Agama/B 107

Jadwal mengajar

Senin : Agama Jam 08.00 di A 402. Dan Jam 18.30 di A 404

Semester ganjil 11/12 STEI mulai

Aktif kelas mulai Hari Senin 12/9/11. Pada semester ini saya di tugasi Untuk mengampu 9 matakuliah, 8 matakuliah Agama Dan satu matakuliah Sosiologi. Semoga bisa berjalan baik dan mahasiswa senang sehingga matakuliah dapat mengena sasarannya.

Minggu, 31 Juli 2011

Bahaya teroris dan korupsi

Dua-duanya sama bahayanya, tapi kadang keras pada yang satu toleran pada yang lainnya, keras pada teroris, negara tidak boleh kalah dengan teroris, tapi lembek bahkan kompromi dengan korupsi. Ramadhan membakar semua kejahatan, syetannya di ikat.

wahai bangsaku

Ramadhan mengajarkan kesembuhan dari segala macam penyakit fisik dan pesikis, ketahui penyakitmu wahai bangsaku, kita sembuhkan selama Ramadhan, selesai Ramadhan menjadi bangsa yang merdeka.

Hentikan kemaksiatan dan kepura-puraan

Ramadhan mendidik kejujuran dan kesungguhan, dalam kebaikan harus jujur dan sungguh-sungguh. dalam kejujuran jauh dari kepura-puraan. Allah maha melihat siapa yang jujur dan sungguh-sungguh

luruskan niat

Ramadhan pertama menata dan meluruskan niat, kegiatan keciil dengan niat yang benar maka akan menjadi besar, pekerjaan besar dengan niat yang benar akan menjadi lebih besar, pe kerjaan kecil besar dengan kontinyu dan niat yang benar akan luar biasa sesuai dengan kelasnya itulah ولتكملوا العدة

Kamis, 28 Juli 2011

مرحباً يا رمضان

Selamat datang
Bulan ibadah, taat, baca qur'an, berbagi, sejuta harapan, sejuta ampinan Dan bulan alam semesta

Senin, 23 Mei 2011

Luruskan

Meluruskan masalah dapat dilakukan dengan:
Nasihat, diskusi, debat sesuai dengan porsi Dan santun, amar makruf nahi munkar, jihad dengan ketentuannya yang Benar.

Selasa, 19 April 2011

CV Dr KH. Ali Akhmadi MA

CV : Nama DR H Ali Akhmadi LC, MA al hafizh. Alamat: Jln Ciliwung Rt10 Rw 6 No 25 Cililitan. Kontak: 081384152045/08561010264/083898049443, FB Ali Akhmadi,
aliakhmadi1966@gmail.com aliakhmadi66@yahoo.co.id, hayatunaalhayah@yahoo.com,
www.alquranzaadunaa.com http//:ustadaliakhmadi.blogspot.com, http//:pendopoalhayah.blogsot.com,
http//:pesagikayen.blogspot.com,
Pendidikan: S1 di Madinah, fak Al-Qur an (Qiraat sab'ah), S2 di Pakistan, fak Usuluddin (Qiraat 'asyaroh), S3 di UIN Jakarta fak Usuluddin (Tafsir rasional).
Kegiatan: Dosen Pascasarjana Universitas Islam As-syafi'iyyah (UIA), dosen STEI Rawamangun dan Pengasuh pesantren Tahfidz al Qur an Al Hayah dan An Nawa.

KISI-KISI LATIHAN Sospol

Kisi-kisi dan kuis Sospol, sampaikan ke semua:
1. Pengertian beberapa kata: sosiolog, sosiologi, proses interaksi sosial, komunikasi sosial, asimilasi, akomodasi, akulturasi, teori dan sisistem
2. jelaskan partisipasi sosial dan penyebabnya serta dampak positifdan negatifnya
3. proses terbentuknya kebuayaan, apa hubunganna dg masyarakat, unsur2 kebudayaan

UTS Sospol

Soal UTS Sospol, Ruang 413, Senin Jam 8.30.
1. Jelaskan pengertian asimilasi, akomodasidan akulturasi dalam proses komunikasi sosial
2. jelaskan perbedaan antara partisipasi sosial dengan diferensiasi sosial.
3. Jelaskan proses terbentuknya kebuayaan, dan sebutkan unsur2 nya

UTS Sospol

Soal UTS Sospol, Ruang 304, Kamis Jam 13.00.
1. Jelaskan pengertian sosiologi, politik, teori dan paradigma.
2. jelaskan perkembangan sosial dan sebutkan bapak sosiolog, kenapa?.
3. Jelaskan proses terbentuknya kebuayaan, dan sebutkan unsur2 nya

Senin, 18 April 2011

Materi Ajar

1- Sospol
2- pendidikan Agama
3- Pengantar Studi Islam
4- Al Hisbah (Dasar-Dasar Hisbah)
5- Pendidikan Kwarganegaraan
6- Pancasila
7- Tafsir1
8- Tafsir2
9- Tarikh Dakwah
10- Filsafat Dakwah

Rabu, 09 Maret 2011

Kuis

utk mahasiswa

Judul-judul

Al hamdu
At thoharoh
As salam

Senin, 10 Januari 2011

kisi-kisi Mata Ajar Tafsir1:
1. Tentang wanita-wanita yang boleh di nikahi Rasul, kasus/sabab yg berhubungan, kasus pernikahan hubungannya dengan dakwah dulu dan sekarang. 2. Surat al hujurat di sebut Juga dg apa dan apa alasannya, rambu-rambu masyarakat madani, apa pelajaran kontemporer kehidupan sosial dilihat dg surat ini. 3. Tentang toleransi berdasarkan surat al kafirun sesuai dengan kronologi surat, bagaimana penerapan praktis di era sekarang dan di tempat multi agama. 4. Pernikahan beda agama, kronologi dan pandangan para pakar, penerapan praktis dalam kontek dakwah dalam kehidupan hiterogen.

KISI-KISI LATIHAN SEJARAH DAKWAH

Kisi-kisi dan latihan Mata Kuliah Sejarah Dakwah:
1. Sekilas Islam di Cina dan Asia tengah, antara dakwah klasik dan kontemporer di cina
2. Sekilas tentang Islam di India dan Asia tenggara, perkembangan dakwah islam dan hubungannya dg budaya di Negara2 Asean.
3. Islam masuk di Indonesia, mempertemukan beberapa pendapat tentang tahun masuknya dakwah di Indonesia,
4. dakwah di Indonesia hubungannya dengang Cina dan kawasan Asean, tentang para juru dakwah klasik di Indonesia, antara budaya dan dakwah, Ormas dan gerakan dakwah, pemerintah para da'i dan kelangsungan dakwah, catatan tentang media (alat/sarana) penyebaran dakwah dari era ke era.