Sabtu, 28 Januari 2012

Sabar

Sabar   Sabar adalah pilar kebahagiaan dan sarana untuk menggapai kesuksesan. Dengan kesabaran itulah kita mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan; terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Allah berfirman : (#qãZŠÏètFó™$#ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al Baqarah [2]: 45). Sabar adalah sebuah perilaku yang mudah diucapkan oleh lisan akan tetapi sulit dilaksanakan dalam kehidupan. Aspek kesabaran sangat luas, lebih luas dari apa yang selama ini dipahami oleh kebanyakan masyarakat mengenai kata sabar itu sendiri. Meski terkadang dalam hal-hal tertentu sabar seakan nampak batasnya, tetapi faktanya, ketika kita dihadapkan kepada suatu masalah yang menurut kita adalah berat, akan tetapi orang lain menghadapinya dengan santai dan mudah menyelesaikan permasalahan tersebut. Maka, ini berarti bahwa batas dari sabar adalah tergantung kepada subjek yang menjalankan kesabaran itu sendiri. Demikianlah, sabar merupakan sebuah “indikasi” keimanan, yang bermakna bahwa tanpa kesabaran, iman terhapus dari hati. Iman merupakan pembenaran terhadap dasar-dasar agama dan akan menumbuhkan amal saleh, maka iman memiliki dua unsur, yaitu yakin dan sabar. Yakin adalah pengetahuan yang pasti terhadap dasar-dasar agama yang berpangkal dari al-Qur’an, sedangkan sabar adalah realisasi dari keyakinan. Bila sesuatu maksiat diketahui kerugiannya sementara itu kepatuhan pada perintah Allah SWT diketahui manfaatnya, maka upaya untuk menjahui maksiat dan mengamalkan perintah itu dilaksanakan atas dasar kesabaran hati. Makna Sabar Sabar merupakan sebuah kata yang teradopsi dari bahasa Arab “shabara” (صبر), dan sudah menjadi kata yang baku dalam bahasa Indonesia, yang berarti menahan dan mencegah. Sedangkan menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah. Menurut al-Mubarak, sabar ialah pengakuan hamba kepada Allah atas apa yang menimpanya, mengharapkan ridha Allah semata dan pahala-Nya. Kadang-kadang seseorang bertahan dengan gigih dengan menguatkan diri, dan tidak terlihat dari dia kecuali kesabaran. Dengan demikian, tidak ada orang yang bisa disebut sabar, jika sikapnya menolak atau mengelak berdiri bersama permasalahan yang tidak mengenakkan di hati. Maka, orang yang sabar selalu memancarkan kehangatan bagi orang lain karena ia senantiasa pasrah pada Allah dalam kondisi apa pun. Jika ditimpa musibah, dia tidak akan larut atau meratapi musibah yang menimpanya. Sedangkan jika diberi kesenangan atau kenikmatan, dia tidak akan lupa diri dan kufur nikmat kepada Allah. Sabar juga tidak identik dengan kepasrahan. Justru orang yang pasrah dalam satu sisi, mengindikasikan ketidaksabaran dalam berusaha, berjuang dan berdoa. Maka, sebagai seorang muslim yang dihadapannya ada al-Qur’an dan as-Sunnah, sabar harus senantiasa menyertai sepanjang mengarungi kehidupan dalam suka maupun duka sampai ruh berpisah dari jasad. Demikianlah anjuran Allah dalam firman-Nya : ÷ŽÉ9ô¹$#ur y7|¡øÿtR yìtB tûïÏ%©!$# šcqããô‰tƒ Næh /u‘ Ío4ry‰tóø9$$Î/ ÄcÓÅ´yèø9$#ur tbr߉ƒÌãƒ ¼çmygô_ur ( Ÿwur ߉÷ès? x8$uZøŠtã öNåk÷]tã ߉ƒÌè? spoYƒÎ— Ío4quŠysø9$# $u‹÷R‘‰9$# ( Ÿwur ôìÏÜè? ô`tB $uZù=xÿøîr& ¼çmt7ù=s% `tã $tR̍ø.ÏŒ yìt7¨?$#ur çm1uqyd šc%x.ur ¼çnãøBr& $WÛãèù ÇËÑÈ   “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28). Sabar memiliki tiga unsur yaitu, ilmu, hal dan amal. Yang dimaksud ilmu disini adalah pengetahuan atau kesadaran bahwa sabar itu mengandung kemaslahatan dalam agama dan memberi manfaat bagi seseorang dalam menghadapi segala problematika kehidupan. Pengetahuan yang demikian seterusnya menjadi milik hati. Keadaan hati yang memiliki pengetahuan disebut hal. Kemudian hal tersebut terealisasikan dalam tingkah laku. Terwujudnya hal dalam tingkah laku inilah yang disebut dengan amal. Hubungan antara ketiga hal tersebut laksana sebatang pohon kayu. Ilmu adalah batangnya, hal sebagai cabangnya, dan amal menjadi buahnya. Dalam hal menjalani kesabaran, manusia terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu; Pertama, orang yang sanggup mengalahkan hawa nafsunya, karena ia mempunyai daya juang dan kesabaran tinggi; Kedua, orang yang kalah oleh hawa nafsunya, tetapi karena kesabarannya lemah, maka ia kalah; Ketiga, orang yang mempunyai daya tahan terhadap dorongan nafsu, tetapi suatu ketika ia kalah karena besarnya dorongan nafsu. Meskipun demikian, ia bangun lagi dan terus tetap bertahan dengan sabar atas dorongan nafsu tersebut. Macam-macam sabar Sabar adalah akhlak yang mulia. Akhlak yang menghiasi para nabi dan rasul serta orang-orang shalih dalam menunaikan tugas dakwah mereka. Tiada pahala yang lebih tinggi dari sabar kecuali kenikmatan surga yang telah menanti. Dalam kaitannya dengan sabar, secara umum para ulama membaginya menjadi tiga macam, sebagaimana yang dituliskan oleh Ibnul Qayyim dalamnya Madarijus Shalikin, yaitu sabar dalam menunaikan ketaatan kepada Allah, sabar dalam menahan diri dari bermaksiat kepada Allah dan sabar dalam menghadapi ujian. Dari ketiga macam sabar tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Pertama, sabar dalam menunaikan ketaatan kepada Allah. Sebagai seorang muslim, tentunya kita menyadari tugas pokok kita hidup di dunia, yakni menghambakan diri kepada Allah dengan tulus. Dalam melaksanakan tugas penghambaan ini, tentunya bukan berarti tanpa halangan dan rintangan. Disinilah sabar itu berperan sebagai benteng yang kokoh agar tugas penghambaan ini berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan koridor syari’at yang telah ditetapkan. Kedua, sabar dalam menahan diri dari maksiat kepada Allah. Yang dimaksud disini adalah kekuatan untuk mencegah diri terhadap melakukan segala perkara yang terlarang oleh Syari’at, tidak menjerumuskan diri melakukan hal-hal yang dilarang karena bisikan nafsu lawwamah (angkara murka). Karena sesungguhnya nafsu lawwamah adalah tipu daya setan, dan teman sejawat yang buruk akan senantiasa memerintahkan dan menyeret seseorang untuk berbuat kemaksiatan. Oleh karenanya, kekuatan kesabaran jenis ini mempengaruhi tindakan seorang hamba dalam meninggalkan segenap kemaksiatan.   Ketiga, sabar dalam menghadapi musibah. Bagi orang muslim, musibah dapat dire ke dalam bentuk ujian sebagai konsekwensi dalam rangka peningkatan kualitas keimanan dan peringatan atas pelanggaran yang dilakukan. Sedangkan bagi orang-orang kafir musibah yang menimpa adalah merupakan azab sebagai balasan atas keingkaran dan keengganan mereka seruan yang disampaikan oleh para utusan Allah. Maka, dengan datangnya musibah yang menimpa diri seorang muslim, Allah telah membukakan pintu untuk merenungi berbagai faedah dan kenikmatan Allah yang diperolehnya dari musibah tersebut, sehingga dirinya pun berpindah dari derajat bersabar atas musibah yang menimpa menuju derajat bersyukur dan ridha atas musibah tersebut. Wallahu a’lam bishshawab.                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar